Kamis, 26 November 2015

Monumen Nasional (MONAS)


Kelas : 1PA06
Anggota Kelompok :
·         Azka Hayyuka (11515091)
·         Dea Nada T’sara (11515626)
·         Fachria Nadillah (12515429)
·         Faisal Herdiawan (12515405)
·         Qonita Khairunnisa N (15515475)
Tsanas Nabilah (17515522)



Daftar isi

Indonesia pada zaman Primitif hingga abad-15................................................................1-5

Peperangan yang ada di Indonesia....................................................................................6-10

Indonesia sebelum Peristiwa Proklamasi..........................................................................11-14

Indonesia sesudah Peristiwa Proklamasi...........................................................................15-20



Masyarakat Indonesia Purba (3000-2000 SM)
Pada zaman meghalithikum sudah hidup dalam masyarakat teratur, peninggalan budaya tersebar di seluruh Indonesia, antara lain di Pasemah, Besuki, Gilimanuk, dan Cabenge yang berkembang antara 2000 SM-500 SM. Hasil budaya meghalithikum yang terpenting adalah alat serpih, menhir, dolmen, sarcophagus, kubur batu, punden berundak-undak, dan arca.

Bandar Sriwijaya (Abad ke 7 – 13)
Terletak pada jalur pelayaran antaran Indonesia, Cina, dan India, berperan penting dalam kegiatan perdagangan sehingga menguntungkan bagi Kerajaan Sriwijaya. Kapal-kapal asing banyak berlabuh dan pendeta-pendeta Budha dari Cina sering singgah dan menetap untuk waktu yang lama mempelajari agama Budha. Bandar Sriwijaya akhirnya berkembang menjadi pusat niaga dan budaya.

Candi Borobudur (824)
Borobudur didirikan oleh raja Simaratungga dari keluarga Sailendra dengan bantuan sumbangan Para penganut agama Budha secara gotong royong. Keseluruhan bangunan berbentuk stupa raksasa dan mencerminkan alam semesta. Dalam pembangunan candi, hampir dua ratus ribu kaki kubik batu dipergunakan. Sejumlah 504 arca Budha dan 1555 stupa besar dan kecil melengkapi monumen Budha yang megah ini. 

 Bendungan Waringin Sapta (Abad ke-11)
Setelah Raja Airlangga berhasil menyatukan wilayah kekuasaannya, kemakmuran rakyat ditingkatkan. Kali Brantas di bendung dekat Klagenuntuk irigasi serta menanggulangi banjir. Rakyat setempat ditunjuk untuk memelihara bendungan dan sebagai imbalan, daerash tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Akibatnya, pelayaran Kali Brantas bertambah ramai dan pelabuhan Hujung Galuh menjadi pusat perdagangan antar pulau.


Candi Jawi Perpaduan Sivaisme – Budhisme (1292)
Perpaduan Sivaisme dan Budhisme sebagai hasil sinkretisme dapat dilihat pada Candi Jawi yang terletak di Gunung Welirang, di sebelah Barat Daya Pandakan. Candi ini dibangun pada masa kerajaan Kartanegara, raja terakhir Singasari. Puncaknya berbentuk Ratnastupa, pada bagian atas terdapat area Budha Aksobhya dan di bagian bawah area Siva Mahadewa. 

Armada Perang Majapahit (Abad ke-14)
Sepeninggal Gajah Mada, timbul kesulitan dalam pemerintahan Hayam Wuruk. Pemerintah yang baru berusaha untuk mempertahankan keutuhan Nusantara dengan mengambil tindakan yang ditujukan kepada kemakmuran rakyat dan keamanan daerah-daerah. Hal ini dibuktikan dengan memperkuat armada perang untuk menjaga keutuhan Nusantara dan mengatasi usaha pengacauan antara lain oleh armada Cina.


Utusan Cina ke Majapahit (1405)
Sejak Majapahit mengalami zaman keemasan, hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga berlangsung dengan baik. Pengakuan terhadap kedaulatan Majapahit oleh Cina ditandai dengan kunjungan Cheng Ho pada tahun 1405 yang diterima oleh Wikramawardhana.


Peranan Pesantren dalam Penyatuan Bangsa (Abad ke-14)
Salah satu cara menyiarkan Islam di Indonesia adalah melalui pendidikan di pesantren atau pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kisi-kisi atau ulama. Kegiatan pesantren-pesantren beserta kiai-kiai dalam penyebaran agama Islam dan pengembangan pendidikan masyarakat mempunyai peranan penting dalam proses penyatuan bangsa.


Pertempuran Pembentukan Jayakarta (22 Juni 1527)
Untuk membendung pengaruh Portugis yang sejak awal abad ke-16 telah berkuasa di Malaka, Sultan Trenggono, Demak, mengirim Fatahillah dengan pasukannya dan pada tahun 1527 Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa sebelum Portugis mendirikan benteng di pelabuhan Sunda Kelapa sesuai perjanjian tahun 1522 dengan Raja Pajajaran. Dalam pertempuran tanggal 22 Juni 1527 di pelabuhan Sunda Kelapa. Fatahillah berhasil mengalahkan ekspedisi Fransisco de Sa yang dikirim Portugis untuk mendirikan benteng Nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta, berarti kota kemenangan.

Armada Dagang Bugis (Abad ke-15)
Pelayaran orang-orang Makasar dan Bugis mulai abad ke-15 sudah meliputi seluruh perairan Nusantara. Gambaran tentang luasnya daerah-daerah yang dikunjungi terlihat dengan jelas pada tulisan tentang hukum laut Amanna Gappa dan peta laut Bugis.


Perang Makasar
Sultan Hasanuddin membuka pelabuhan Makasar untuk negara-negara yang ingin berhubungan dagang dengan Makasar. Perkembangan Makasar dan sikap Hasanuddin yang menjalankan politik perdagangan bebas dengan negara-negara lain menimbulkan pertentangan dengan Belanda yang menjalankan monopoli perdagangan sehingga akhirnya timbul peperangan. Pada tanggal 8-9 Agustus 1668, Sultan Hasanuddin memimpin pertempuran mempertahankan benteng Sumbaopu dari serbuan Belanda.


Perlawanan Patimura (1817)
Berdasarkan Konvensi London 1814, Belanda berkuasa kembali di Indonesia, serta mengulangi menjalankan monopoli perdagangan dan segala sesuatu yang bersifat eksploitasi dilakukan kembali Rakyat Maluku tidak mau menerima politik monopoli Belanda dan kemudian mengadakan perlawanan di bawah pimpinan Patimura. Pada tanggal 15 Mei 1817 Patimura bersama rakyat menyerbu benteng Duurstede di Saparua dan berhasil merebutnya.


Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang yang dicetuskan pada tahun 1825 oleh Diponegoro merupakan salah satu perlawanan rakyat semesta yang berlangsung secara terus menerus sehingga Belanda kehilangan sebanyak 15000 tentara. dalam pertempuran di sekitar Kali Bogowonto, Diponegoro berhasil engalahkan pasukan kavaleri Belanda. Dengan perangkap berkedok perundingan, akhirnya Diponegoro ditangkap di Magelang pada tanggal 28 Maret 1830.
Perang Banjar (1859-1905)
Untuk menjaga agar hasil bumi Kalimanta seperti batu bara, minyak, karet dan lian-lain tidak jatuh ke tangan bangsa lain, Belanda berusaha untuk menguasai Banjar melalui campur tangan dalam pemerintahan Kesultanan Banjar. Hal ini menjadi alasan bagi rakyat Banjar untuk mengangkat senjata melawan Belanda di bawah pimpinan Pangeran Antasari. Penyerangan terhadap kapal Belanda Onrust di Lontartur dilakukan oleh Pangeran Suropati, saudara Pangeran Antasari.


Perang Imam Bonjol (1821-1837)
Sekembalinya para ulama dari tanah suci, mereka melihat bahwa keadaan kehidupan masyarakat tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Para ulama yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang dibentang oleh kaum adat. Belanda untuk memperkuat kedudukannya, kemudian memihak kaum adat. Menyadari kekuasaan Belanda makin luas, akhirnya perlawanan terhadap Belanda dilakukan oleh kaum ulama bersama kaum adat. Tuanku Imam Bonjol menghimpun kekuatannya antara lain dengan membuat parit-parit pertahanan.


Perang Aceh (1873-1904)
Aceh menolak tuntutan Belanda agar menhentikan hubungannya dengan negara-negara lain. Belanda segera mengirim ekspedisi yang dipimpin oleh Mayor Jendral Kohler. Serangan pertama Belanda gagal, bahkan panglimanya, Kohler, gugur dalam pertempuran di halaman masjid Agung Baiturrahman, Banda Aceh. Pembakaran masjid agung Baiturrahman semakin menumbuhkan semangat perlawanan rakyat terhadap, Belanda.

Perlawanan Sisingamangaraja (1877-1907)
Dengan dalih bahwa zending sering diganggu oleh pasukan Sisingamangaraja, Belnada melakukan ekspansi ke Tapanuli. Bentrokan pertama dengan Belanda terjadi pada tanggal 15 Februari 1878, setelah Sisingamangaraja memberi peringatan kepada pasukan Belanda agar meninggalkan Tapanuli. Perlawanan terhadap Belanda kemudian mendapat bantuan rakyat Aceh dan Minangkabau. Dalam pertempuran di Tanggabatu dekat Balige pada tahun 1884, Sisingamangaraja dapat memukul mundur pasukan Belanda.


Pertempuran Jagaraga (1848-1849)
Pada tahun 1841, Belanda memaksakan penghapusan peraturan Tawan Karang yang diakui sebagai lembaga hukum adat di Bali, tetapi ditolak oleh Buleleng dan Karangasem. Walaupun dalam serangan Belanda pada tahun 1840, Buleleng dan Karangasem dapat diduduki, namun semangat juang rakyat tetap berkobar dan mereka menyiapkan pertahanan di Jagaraga. Pertempuran di muka Pura Dalam Jagaraga berakhir dengan gugurnya seisi Pura yang lebih dikenal dengan puputan Jagaraga.


Tanam Paksa (1830-1870)
Perang Diponegoro menyebabkan krisis keuangan bagi Belanda. Untuk mengatasi krisis tersebut Gubernur Jendral Van Den Bosch memaksa rakyat ditanah Jawa menanami sebagian besar tanah mereka dengan tanaman yang laku di Eropa seperti nila, kopi, teh, lada, gula, dan kayu manis. Rakyat yang tidak memiliki tanah dipaksa bekerja diperkebunan-perkebunan. Bagi rakyat Indonesia merupakan ekspliotasi yang luar biasa, mengakibatkan timbulnya kelaparan karena mereka tidak punya kesempatan untuk menggarap sawah ladang mereka.


Kartini (1879-1904)
Gerakan mengejar kemajuan pada akhir abad ke-19 terbukti dari kebutuhan akan pendidikan. Kartini tampi sebagai pendekar kaumnya ketika pandangan umum masih dihinggapi konservatisme yang kuat bagi anak perempuan. Buah pikiran Kartini untuk membebaskan kaumnya dari keterbelakangan tercermin dalam surat-surat yang dikirim kepada sahabat-sahabat karibnya di negeri Belanda yang kemudian dihimpun dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.



Taman Siswa (3 Juli 1922)
Politik pendidikan pada zaman penjajahan tidak daoat dipisahkan dari kepentingan kolonial. Sebagai reaksi, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa di Yogyakarta yang kemudian berkembang dengan pesat sehingga mengkhawatirkan Belanda. Semangat nasionalisme sangat menjiwai kehidupan Taman Siswa. Pada tahun 1935 berlangsung kongres Pendidikan Nasional yang pertama dengan tujuan hendak menggalang persatuan dan mencari perumusan tentang pendidikan yang bersifat nasional.


Kegiatan Gereja Katolik Roma dalam Proses Penyatuan Bangsa
Gereja Katolik Roma melalui misinya mengumpulkan pemuda-pemuda dari pelbagai suku dan daerah sehingga terbentuk suatu masyarakat Katolik Roma yang didalamnya bersemi semangat nasionalisme. Kegiatannya dalam bidang pendidikan dan sosial secara langsung membantu bangsa Indonesia yang sedang mengalami proses penyatuan. Terhadap cita-cita Indonesia Merdeka, Perhimpunan Politik Katolik Indonesia ikut menandatangani petisi Soetardjo 1936 yang menuntut pemerintah kolonial ntuk memerdekakan bangsa Indonesia.

Romusya (1942-1945)
Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, Subang. Untuk memenangkan perang, Jepang kemudian secara paksa mengerahkan seluruh tenaga dan kekayaan bumi Indonesia. Rakyat dikerahkan untuk melaksanakan kerja paksa pada objek vital dan sarana militer. Mereka mengalami siksaan dan tidak mendapat makanan yang cukup dan akibatnya berpuluh-puluh ribu romusya menemui ajal di tempat-tempat mereka bekerja.


Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)
Dalam lingkungan pergerakan nasional Indonesia, para pemuda telah melahirkan berbagai ragam organisasi pemuda yang pada umumnya masih bersifat kedaerahan dan satu dengan yang lain tidak mempunyai hubungan. Iklim persatuan Indonesia mempengaruhi dan mendorong untuk membina satu gerakan pemuda yang berjiwa nasional kesatuan. Usaha ke arah itu dilakukan dalam serangkaian kongres pemuda. Pada Kongres Pemuda yang kedua dicetuskan Sumpah Pemuda dan dikumandangkan untuk pertama kali lagu Indonesia Raya. 


Stovia (Sekolah Dokter Bumi Putera) (1898-1926)
Perjuangan mencapai Indonesia Merdeka di luar negeri dipelopori oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda. Pada bulan Februari 1922, Perhimpunan Indonesia berjuang di forum internasional dengan mengambil bagian dalam Kongres Liga Anti Kolonialisme di Brussel. Selanjutnya propaganda Perhimpunan Indonesia semakin berani dan tajam sehingga pemerintah Belanda mengadakan penangkapan terhadap 4 orang pimpinannya yaitu Moh. Hatta, Abdul Madjid, Ali Sastroamidjojo dan Nasir Datuk Pamuntjak, tetapi oleh pengadilan mereka dinyatakan tidak bersalah.
Muhammadiyah (18 November 1912)
Keadaan masyarakat Islam pada abad XIX pada permulaan abad XX sangat menyedihkan. Agama Islam telah banyak bercampur dengan berbagai ajaran yang bukan berasal dari Qur’an dan Hadist. Bertolak dari keadaan tersebut, Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dengan tujuan pokok mengadakan pembaharuan kehidupan agama Islam. Kegiatannya meliputi bidang-bidang keagamaan, pendidikan dan kemayarakatan. 
Pemberontakan Tentara PETA di Blitar (14 Pebruari 1945)
Pada bulan Oktober 1943 Pemerintah Pendudukan Jepang membentuk tentara Pembela Tanah Air untuk membela Tanah Jawa yang mendapat sambutan dari para pemuda. Perasaan benci terhadap Jepang semakin mendalam ketika mereka bertugas membangun kubu-kubu pertahanan bersama para romusya. Menyaksikan penderitaan rakyat serta aspirasi untuk merdeka. Supriyadi memimpin batalyon PETA di Blitar mengadakan pemberontakan dengan menyerbu markas militer Jepang. 
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945)
Mengetahui bahwa Jepang kalah perang, rakyat Indonesia baik para pemuda maupun para pemimpin pergerakan kebangsaan berpacu dengan waktu untuk mewujudkan cita-cita perjuangan yakni mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia selekas mungkin. Dalam pertemuan rahasia pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945 di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta. Naskah Proklamasi dirumuskan, ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta. Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 Soekarno didampingi Moh. Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar