Pagi
ini terlihat sangat cerah, sepertinya matahari mengerti bagaimana perasaanku
hari ini. Aku berada dikamar sedang duduk sambil mendengar keributan diluar
sana dengan masih memakai pakaian tidur. Hari ini adalah hari yang di tunggu
tunggu. Sepupuku dari German akan berlibur di Indonesia. Tepatnya akan menginap
dirumahku. Ingin sekali cepat cepat bertemu, karena sudah hampir 5 tahun kami
tak bertatap muka langsung.
Tiba-tiba
pintu kamarku berbunyi, yang sekaligus membuyarkan lamunanku. Ibuku memanggil
“Cha, bangun!!”. Setelah sholat subuh aku melanjutkan tidurku agar tidak
mengantuk saat di jalan. Jam di dinding kamarku menunjukkan pukul 7 lewat 10. Pantas
saja ibuku memanggilku dengan nada yang agak tinggi. Karena pukul 9 nanti kita
sudah harus berangkat. “ Ya, bu ”, jawabku.
Setelah
tersadar, aku buru-buru mengambil handukku. Kemudian langsung ngibrit kedalam
kamar mandi. Segeralah aku bermandi ria agar saat bertemu sepupuku terlihat
segar. Tak lama aku menyelesaikan mandiku, aku segera berpakaian. Sekarang
sudah menunjukkan pukul 8 lewat 20 menit. Ternyata cukup lama aku menghabiskan
waktu untuk berdandan. Selanjutnya aku langsung menghampiri ibuku untuk
membantunya menyiapkan barang bawaannya nanti. Setelah semua selesai waktu
sudah menunjukkan pukul 9. Kami pun berangkat.
Aku
menjemput sepupuku dengan 2 mobil. Dimobil yang aku naiki ada ibuku, abangku,
adikku, tanteku dan omku. Dan di mobil yang lain ada omku yang satu lagi.
Dimobil yang satu lagi memang hanya satu orang, karena nantinya akan dipakai
untuk membawa barang barang sepupuku yang bersama keluarganya juga. Selama di
perjalanan aku membayangkan bagaimana wajah sepupuku sekarang. Terakhir aku
melihatnya saat berumur 9 tahun. Sudah lama sekali dan rasanya tidak sabar. Aku
juga sudah memikirkan akan melakukan apa saja selama sepupuku sedang berlibur
disini.
Sekitar
pukul setengah 12, kami tiba di bandara. Pesawat sepupuku akan landas di
Jakarta pukul 12 siang nanti. Kamipun menunggu sambil melihat lihat. Setelah
selama setengah jam menunggu, ternyata terasa begitu cepat. “Sepupuku sudah
tiba’’, bisikku dalam hati. Tak sabar ingin bertemu. Akhirnya saat yang
ditunggu tunggu tiba, dari pintu ‘Kedatangan Luar Negeri’ muncullah sepupuku
dengan keluarganya membawa koper dan tas lainnya. “Fatimah..!!”, teriakku
kegirangan. Sepupuku pun agak bingung sampai ia menyadari ternyata yang
memanggil namanya adalah aku. “Teh Icha..”, sambut sepupuku sambil memelukku.
Rasa kangen yang telah lama aku rasakan hilang begitu aku bertatap muka
dengannya.
Setelah
beberapa saat kami bertegur sapa, kami mampir ke restoran sebelum pulang ke
rumah. Kami makan di rumah makan Simpang Raya, disana merupakan tempat masakan
padang favorit kami. Selesai makan kami langsung menuju rumah. Sesampainya
dirumah sekitar pukul 10 malam. Rasanya hari ini terasa sangat melelahkan, tapi
sangat menyenangkan. Kami langsung merapikan barang yang tadi kami bawa,
kemudian kami langsung beristirahat. Sepupuku Fatimah menginap dikamarku selama
ia berlibur disini. Senang sekali ada teman satu kamar, karena biasanya aku
tidur sendirian.
Keesokan
harinya, saat aku membuka mata ternyata aku sudah melihat sepupuku. Tidakku
sangka, ternyata setelah 5 tahun tidak bertemu akhirnya kami bertemu kembali.
“Benar benar
sangat menyenangkan!!”, teriakku dalam hati. “Fat bangun..”, sambil menggoyang
goyangkan tubuhnya. “Iya teh..” jawabnya. Lalu kami membereskan tempat tidur
kami, dan langsung mandi. Setelah mandi, kami segera sarapan. Aku merasa
liburan kali ini sangat menyenangkan.
Hari
pertama aku menghabiskan waktu bersama Fatimah. Pertama tama aku berencana
membuat video lipssing.
”Teh bagaimana
kalau kita membuat video, pasti mengasyikkan. Fatimah sering membuat video
sendiri disana, untuk dokumenter. Mumpung sekarang kita lagi berdua. Untuk kenang
kenangan juga teh.” Tanyanya. Aku pun mengangguk tanda setuju. Kemudian kami
mengambil kamera dan bersiap membuat video lipssing, saat membuat video
ternyata ada suatu kejadian yang mencengangkan. Tiba tiba kamera yang akan kami
pakai terlepas dri genggaman kami, sampai akhirnya kamera tersebut tergeletak
di lantai. “BRUUKKK..” kami pun hanya terdiam dan sangat panik.
Tanpa
sadar wajah kami berdua pucat pasi karena membayangkan apa yang akan terjadi
nanti. Pastinya Ibu akan sangat marah karena kita tidak berhati hati memakai
barang. Dan selain itu kami juga memikirkan apakah nantinya kamera ini akan
rusak, kalau memang benar akan rusak bagaimana menjelaskannya kepada ibu.
Terbuyar dari segala lamunan, kami langsung mengangkat kamera yang tergeletak
di lantai. Rasa cemas kami semakin meningkat. Tangan kami berkeringat, peluh
kami juga timbul bintik bintik air kecemasan.
Kami
saling menatap dan mencoba tenang. “Teh gimana nih? Kalau ibu tahu pasti kita
dimarahi, lagi pula kamera ini kan dari papah teteh.” tanya Fatimah kepadaku.
“Ya sudah, coba
kita cek dulu, barangkali keberuntungan di tangan kita.” aku pun mencoba untuk
tenang.
Lalu kami segera
cek kamera yang ada ditangan kami. Kami coba semua modus, kami coba melihat
gambar gambar sebelumnya, dan kami coba juga untuk memfoto.
Dan ternyata,
“Wow Fat, tidak ada kerusakan. Semuanya masih beres. Kita tidak jadi dimarahi
ibu.” aku kegirangan. “Fiuuuhhh...” jawabnya lega. “Ayo teh kita buat videonya.
Kami
pun segera membuat video. Aku menyetel lagu, kemudian bergantian bernyanyi
dengan mulut yang hanya komat kamit tanpa mengeluarkan suara. Beberapa saat
kemudian kami menghabiskan waktu bersama. Sudah banyak ternyata video video
yang kami buat. Ada video yang biasa saja, ada juga yang lucu karena saat
membuat video, tiba tiba terekam suatu hal yang membuat kami tertawa terbahak
bahak. Selain itu juga ada video kami yang seakan akan seperti video klip
artis. Kami mendesain latar tempatnya. Benar benar sangat seru. Kejadian ini
tidak pernah aku lupakan.
Keesokan
harinya, tiba tiba ibuku bertanya kepadaku.
“Cha, ini kamera
kenapa?” tanyanya yang membuatku sangat kaget. Langsung aku teringat kejadian
kemarin. Tragedi jatuhnya sang kamera dari genggamanku. Tepatnya saat kami
ingin menaruhnya diatas meja. Aku pun terdiam sejenak. Kemudian sedikit agak
gugup aku membuka suaraku.
“Hmmm.. jatoh
bu. Ga sengaja aku bu, bener deh. Kemarin kejadiannya waktu aku mau taruh
diatas meja, eh malah tergelincir. Melayang deh bu di udara.” jawabku agak
bercanda. “Kamu nih malah cengengesan.” sahut ibuku dengan wajah datar. “Maaf
bu..” jawabku meminta maaf kepadanya.
“Sebenarnya ibu
sudah tahu kalau kemarin kamera ini jatuh, tapi yang ibu heran, kenapa kamu
tidak memberitahu ibu? Kamu berusaha menyembunyikannnya dari ibu? Ini kesalahanmu,
sudah seharusnya kamu meminta maaf kepada ibu. Seharian kemarin ibu menunggu
pengakuanmu, tapi ternyata, anak ibu ini tidak mengaku.” nasihatnya smabil
mengelus kepalaku.
Aku
langsung terpikir nasihat ibuku, memang sudah seharusnya kemarin aku mengakui
kesalahanku. Ternyata saat tragedi kamera yang melayang di udara menuju lantai,
ibuku sedang ingin memanggil aku dan Fatimah di kamar. Namun karena melihat
tragedi tersebut, ibuku hanya mengintip dari sela pintu kamarku yang agak
terbuka. Ibuku menguji kejujuranku ternyata, ibuku berkata “Sebenarnya ibu
ingin langsung membuka kamarmu, namun karena ibu mendengar percakapanmu, ibu
langsung berfikir untuk mengetahui bagaimana kejujuran anak ibu ini”. Ternyata
akun menyadari bahwa aku masih saja menjadi seorang yang penakut. Ibuku memang
hebat, dapat membuat pikiranku lebih terbuka.
Lalu
ibuku keluar dari kamarku. Namun aku segera membuyarkan lamunanku akan
nasihatnya dan segera memanggilnya sebelum keluar. “Bu... maafin aku. Aku telat
berpikir bahwa seharusnya aku berkata jujur kepada ibu.” tegasku. “Iya sayang.”
jawab ibuku sambil tersenyum. Aku langsung kepikiran lagi tentang kesalahanku
itu, mangapa aku bisa berbuat seperti itu. Benar-benar terasa aneh. “BLAAAk..”
tiba tiba pintu kamarku terbuka. Aku langsung terkaget sampai mata ini melotot.
Ternyata ibuku yang membukanya. “FIIIUUHH..” dalam hatiku. Ibuku menyuruhku
segera ke meja makan. Sarapan pagi telah siap, dan aku juga sudah ditunggu oleh
fatimah.
Kemudian
aku segera mencuci mukaku dan menggosok gigiku. Buru buru aku berlari kebawah
dan menghampiri meja makan. Diatas meja sudah banyak makanan yang dihidangkan,
dari ayam goreng, nasi goreng, telur dadar, teh manis, air putih, bahkan ada
makanan penutupnya, buah apel. Senangnya.. pagi hari yang cerah. Diawali dengan
pengakuan tragedi kamera, ditemani keluarga tercinta, sepupuku yang sangat aku
rindukan, dan makanan yang benar benar istimewa. Ibuku bilang hari ini spesial
karena hari ini adalah hari kedua sepupuku dan keluarganya berada di Indonesia.
Karena
sudah tak sabar lagi, aku pun langsung mengambil piring dan menyendok nasi
serta lauk pauk yang telah dihidangkan. Dengan semangat aku melahap makanan
yang dimasak oleh ibuku. Hari ini adalah hari terindah dalam hidupku. Ingin
rasanya aku menghentikan waktu sejenak untuk bisa merasakan kebahagiaan ini
lebih lama lagi.
Saat
semua sedang sibuk dengan lauk pauk serta nasi yang dicampur diatas piring,
tiba0tiba omku membuka pembicaraan.
“Hmmm.. hari ini
ada acara apa semuanya?” tanya omku. Kami terdiam dan saling melihat.
“Tidak ada,”
jawab ibuku. Kami semua langsung tersenyum.
“Bagaimana kalau
hari ini kita jalan-jalan?” tawar omku.
“Ayoooo...”
jawabku semangat sampai makanan di mulutku hampir keluar. Lalu ibuku langsung
mengiyakan begitupun semua keluarga yang berkumpul di meja makan, semuanya
mengangguk tanda setuju.
Selesai
makan, kami segera bersiap-siap. Ibuku juga membawakan bekal untuk diperjalanan
nanti. Kami pun berangkat sekitar pukul 10 pagi. Perjalanan kami yang pertama
ke Kebun Raya Bogor, kemudian mencari baju di Tanah Abang, selanjutnya makan
siang di Ampera. Pada sore hari sekitar pukul 5, kami menuju Monas. Kami
berjalan jalan sampai malam. Dan ternyata suasana malam terlihat lebih indah
dibanding siang hari. Tidak lupa kami berfoto-foto bersama. Sekitar pukul 10
kami segera menuju mobil dan bersiap untuk pulang.
Aku
sangat senang, biarpun hari ini diawali dengan pagi yang menegangkan. Tetapi
ternyata dibalik itu semua ada kejadian yang pastinya akan selalu aku kenang.
Hari ini benar benar hari terbaik dalam hidupku. Sampai akhirnya aku terlelap
dalam tidurku, karena begitu lelah hari ini. “Semoga besok akan lebih
menyenangkan.” bisikku dalam hati seraya menutup kedua mataku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar