Rabu, 25 November 2015

Cerpen-Tragedi Kamera



Pagi ini terlihat sangat cerah, sepertinya matahari mengerti bagaimana perasaanku hari ini. Aku berada dikamar sedang duduk sambil mendengar keributan diluar sana dengan masih memakai pakaian tidur. Hari ini adalah hari yang di tunggu tunggu. Sepupuku dari German akan berlibur di Indonesia. Tepatnya akan menginap dirumahku. Ingin sekali cepat cepat bertemu, karena sudah hampir 5 tahun kami tak bertatap muka langsung.
Tiba-tiba pintu kamarku berbunyi, yang sekaligus membuyarkan lamunanku. Ibuku memanggil “Cha, bangun!!”. Setelah sholat subuh aku melanjutkan tidurku agar tidak mengantuk saat di jalan. Jam di dinding kamarku menunjukkan pukul 7 lewat 10. Pantas saja ibuku memanggilku dengan nada yang agak tinggi. Karena pukul 9 nanti kita sudah harus berangkat. “ Ya, bu ”, jawabku.
Setelah tersadar, aku buru-buru mengambil handukku. Kemudian langsung ngibrit kedalam kamar mandi. Segeralah aku bermandi ria agar saat bertemu sepupuku terlihat segar. Tak lama aku menyelesaikan mandiku, aku segera berpakaian. Sekarang sudah menunjukkan pukul 8 lewat 20 menit. Ternyata cukup lama aku menghabiskan waktu untuk berdandan. Selanjutnya aku langsung menghampiri ibuku untuk membantunya menyiapkan barang bawaannya nanti. Setelah semua selesai waktu sudah menunjukkan pukul 9. Kami pun berangkat.
Aku menjemput sepupuku dengan 2 mobil. Dimobil yang aku naiki ada ibuku, abangku, adikku, tanteku dan omku. Dan di mobil yang lain ada omku yang satu lagi. Dimobil yang satu lagi memang hanya satu orang, karena nantinya akan dipakai untuk membawa barang barang sepupuku yang bersama keluarganya juga. Selama di perjalanan aku membayangkan bagaimana wajah sepupuku sekarang. Terakhir aku melihatnya saat berumur 9 tahun. Sudah lama sekali dan rasanya tidak sabar. Aku juga sudah memikirkan akan melakukan apa saja selama sepupuku sedang berlibur disini.


Sekitar pukul setengah 12, kami tiba di bandara. Pesawat sepupuku akan landas di Jakarta pukul 12 siang nanti. Kamipun menunggu sambil melihat lihat. Setelah selama setengah jam menunggu, ternyata terasa begitu cepat. “Sepupuku sudah tiba’’, bisikku dalam hati. Tak sabar ingin bertemu. Akhirnya saat yang ditunggu tunggu tiba, dari pintu ‘Kedatangan Luar Negeri’ muncullah sepupuku dengan keluarganya membawa koper dan tas lainnya. “Fatimah..!!”, teriakku kegirangan. Sepupuku pun agak bingung sampai ia menyadari ternyata yang memanggil namanya adalah aku. “Teh Icha..”, sambut sepupuku sambil memelukku. Rasa kangen yang telah lama aku rasakan hilang begitu aku bertatap muka dengannya.
Setelah beberapa saat kami bertegur sapa, kami mampir ke restoran sebelum pulang ke rumah. Kami makan di rumah makan Simpang Raya, disana merupakan tempat masakan padang favorit kami. Selesai makan kami langsung menuju rumah. Sesampainya dirumah sekitar pukul 10 malam. Rasanya hari ini terasa sangat melelahkan, tapi sangat menyenangkan. Kami langsung merapikan barang yang tadi kami bawa, kemudian kami langsung beristirahat. Sepupuku Fatimah menginap dikamarku selama ia berlibur disini. Senang sekali ada teman satu kamar, karena biasanya aku tidur sendirian.
Keesokan harinya, saat aku membuka mata ternyata aku sudah melihat sepupuku. Tidakku sangka, ternyata setelah 5 tahun tidak bertemu akhirnya kami bertemu kembali.
“Benar benar sangat menyenangkan!!”, teriakku dalam hati. “Fat bangun..”, sambil menggoyang goyangkan tubuhnya. “Iya teh..” jawabnya. Lalu kami membereskan tempat tidur kami, dan langsung mandi. Setelah mandi, kami segera sarapan. Aku merasa liburan kali ini sangat menyenangkan.
Hari pertama aku menghabiskan waktu bersama Fatimah. Pertama tama aku berencana membuat video lipssing.
”Teh bagaimana kalau kita membuat video, pasti mengasyikkan. Fatimah sering membuat video sendiri disana, untuk dokumenter. Mumpung sekarang kita lagi berdua. Untuk kenang kenangan juga teh.” Tanyanya. Aku pun mengangguk tanda setuju. Kemudian kami mengambil kamera dan bersiap membuat video lipssing, saat membuat video ternyata ada suatu kejadian yang mencengangkan. Tiba tiba kamera yang akan kami pakai terlepas dri genggaman kami, sampai akhirnya kamera tersebut tergeletak di lantai. “BRUUKKK..” kami pun hanya terdiam dan sangat panik.
Tanpa sadar wajah kami berdua pucat pasi karena membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Pastinya Ibu akan sangat marah karena kita tidak berhati hati memakai barang. Dan selain itu kami juga memikirkan apakah nantinya kamera ini akan rusak, kalau memang benar akan rusak bagaimana menjelaskannya kepada ibu. Terbuyar dari segala lamunan, kami langsung mengangkat kamera yang tergeletak di lantai. Rasa cemas kami semakin meningkat. Tangan kami berkeringat, peluh kami juga timbul bintik bintik air kecemasan.
Kami saling menatap dan mencoba tenang. “Teh gimana nih? Kalau ibu tahu pasti kita dimarahi, lagi pula kamera ini kan dari papah teteh.” tanya Fatimah kepadaku.
“Ya sudah, coba kita cek dulu, barangkali keberuntungan di tangan kita.” aku pun mencoba untuk tenang.
Lalu kami segera cek kamera yang ada ditangan kami. Kami coba semua modus, kami coba melihat gambar gambar sebelumnya, dan kami coba juga untuk memfoto.
Dan ternyata, “Wow Fat, tidak ada kerusakan. Semuanya masih beres. Kita tidak jadi dimarahi ibu.” aku kegirangan. “Fiuuuhhh...” jawabnya lega. “Ayo teh kita buat videonya.
Kami pun segera membuat video. Aku menyetel lagu, kemudian bergantian bernyanyi dengan mulut yang hanya komat kamit tanpa mengeluarkan suara. Beberapa saat kemudian kami menghabiskan waktu bersama. Sudah banyak ternyata video video yang kami buat. Ada video yang biasa saja, ada juga yang lucu karena saat membuat video, tiba tiba terekam suatu hal yang membuat kami tertawa terbahak bahak. Selain itu juga ada video kami yang seakan akan seperti video klip artis. Kami mendesain latar tempatnya. Benar benar sangat seru. Kejadian ini tidak pernah aku lupakan.
Keesokan harinya, tiba tiba ibuku bertanya kepadaku.
“Cha, ini kamera kenapa?” tanyanya yang membuatku sangat kaget. Langsung aku teringat kejadian kemarin. Tragedi jatuhnya sang kamera dari genggamanku. Tepatnya saat kami ingin menaruhnya diatas meja. Aku pun terdiam sejenak. Kemudian sedikit agak gugup aku membuka suaraku.
“Hmmm.. jatoh bu. Ga sengaja aku bu, bener deh. Kemarin kejadiannya waktu aku mau taruh diatas meja, eh malah tergelincir. Melayang deh bu di udara.” jawabku agak bercanda. “Kamu nih malah cengengesan.” sahut ibuku dengan wajah datar. “Maaf bu..” jawabku meminta maaf kepadanya.
“Sebenarnya ibu sudah tahu kalau kemarin kamera ini jatuh, tapi yang ibu heran, kenapa kamu tidak memberitahu ibu? Kamu berusaha menyembunyikannnya dari ibu? Ini kesalahanmu, sudah seharusnya kamu meminta maaf kepada ibu. Seharian kemarin ibu menunggu pengakuanmu, tapi ternyata, anak ibu ini tidak mengaku.” nasihatnya smabil mengelus kepalaku.
Aku langsung terpikir nasihat ibuku, memang sudah seharusnya kemarin aku mengakui kesalahanku. Ternyata saat tragedi kamera yang melayang di udara menuju lantai, ibuku sedang ingin memanggil aku dan Fatimah di kamar. Namun karena melihat tragedi tersebut, ibuku hanya mengintip dari sela pintu kamarku yang agak terbuka. Ibuku menguji kejujuranku ternyata, ibuku berkata “Sebenarnya ibu ingin langsung membuka kamarmu, namun karena ibu mendengar percakapanmu, ibu langsung berfikir untuk mengetahui bagaimana kejujuran anak ibu ini”. Ternyata akun menyadari bahwa aku masih saja menjadi seorang yang penakut. Ibuku memang hebat, dapat membuat pikiranku lebih terbuka.
Lalu ibuku keluar dari kamarku. Namun aku segera membuyarkan lamunanku akan nasihatnya dan segera memanggilnya sebelum keluar. “Bu... maafin aku. Aku telat berpikir bahwa seharusnya aku berkata jujur kepada ibu.” tegasku. “Iya sayang.” jawab ibuku sambil tersenyum. Aku langsung kepikiran lagi tentang kesalahanku itu, mangapa aku bisa berbuat seperti itu. Benar-benar terasa aneh. “BLAAAk..” tiba tiba pintu kamarku terbuka. Aku langsung terkaget sampai mata ini melotot. Ternyata ibuku yang membukanya. “FIIIUUHH..” dalam hatiku. Ibuku menyuruhku segera ke meja makan. Sarapan pagi telah siap, dan aku juga sudah ditunggu oleh fatimah.
Kemudian aku segera mencuci mukaku dan menggosok gigiku. Buru buru aku berlari kebawah dan menghampiri meja makan. Diatas meja sudah banyak makanan yang dihidangkan, dari ayam goreng, nasi goreng, telur dadar, teh manis, air putih, bahkan ada makanan penutupnya, buah apel. Senangnya.. pagi hari yang cerah. Diawali dengan pengakuan tragedi kamera, ditemani keluarga tercinta, sepupuku yang sangat aku rindukan, dan makanan yang benar benar istimewa. Ibuku bilang hari ini spesial karena hari ini adalah hari kedua sepupuku dan keluarganya berada di Indonesia. 



Karena sudah tak sabar lagi, aku pun langsung mengambil piring dan menyendok nasi serta lauk pauk yang telah dihidangkan. Dengan semangat aku melahap makanan yang dimasak oleh ibuku. Hari ini adalah hari terindah dalam hidupku. Ingin rasanya aku menghentikan waktu sejenak untuk bisa merasakan kebahagiaan ini lebih lama lagi.
Saat semua sedang sibuk dengan lauk pauk serta nasi yang dicampur diatas piring, tiba0tiba omku membuka pembicaraan.
“Hmmm.. hari ini ada acara apa semuanya?” tanya omku. Kami terdiam dan saling melihat.
“Tidak ada,” jawab ibuku. Kami semua langsung tersenyum.
“Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan?” tawar omku.
“Ayoooo...” jawabku semangat sampai makanan di mulutku hampir keluar. Lalu ibuku langsung mengiyakan begitupun semua keluarga yang berkumpul di meja makan, semuanya mengangguk tanda setuju.
Selesai makan, kami segera bersiap-siap. Ibuku juga membawakan bekal untuk diperjalanan nanti. Kami pun berangkat sekitar pukul 10 pagi. Perjalanan kami yang pertama ke Kebun Raya Bogor, kemudian mencari baju di Tanah Abang, selanjutnya makan siang di Ampera. Pada sore hari sekitar pukul 5, kami menuju Monas. Kami berjalan jalan sampai malam. Dan ternyata suasana malam terlihat lebih indah dibanding siang hari. Tidak lupa kami berfoto-foto bersama. Sekitar pukul 10 kami segera menuju mobil dan bersiap untuk pulang.
Aku sangat senang, biarpun hari ini diawali dengan pagi yang menegangkan. Tetapi ternyata dibalik itu semua ada kejadian yang pastinya akan selalu aku kenang. Hari ini benar benar hari terbaik dalam hidupku. Sampai akhirnya aku terlelap dalam tidurku, karena begitu lelah hari ini. “Semoga besok akan lebih menyenangkan.” bisikku dalam hati seraya menutup kedua mataku.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar