Tepat di tanggal 9
November 2013, aku berangkat menuju Jerman untuk memulai studiku disana.
Perjalanan dari Indonesia sampai ke Jerman memakan waktu yang cukup lama. Aku
harus menghabiskan sekitar 18 jam hingga akhirnya aku sampai di Jerman. Dengan
selamat, alhamdulillah aku sampai pada tanggal 10 November 2013. Aku tinggal
bersama om, tante, dan sepupu-sepupuku. Setibanya dirumah omku, aku segera merapikan
barang bawaanku. Om dan tanteku telah mempersiapkan satu kamar untuk kelak aku
tempati selama aku tinggal disanaKeesokan harinya, aku mendaftar untuk kursus
bahasa melanjutkan level B1 dari Indonesia. Aku mendaftar untuk persiapan
mendapat sertifikat B2 yang nantinya bisa aku pakai untuk mendaftar Student
Kolleg. Hari pertama aku masuk kursus bahasa jerman, terasa sangatlah asing.
Terlebih lagi guru yang mengajar langsung berbahasa Jerman. Karena
saat di Indonesia, guru yang mengajar masih menggunakan bahasa Indonesia. Tapi
aku terus berusaha untuk bisa segera beradaptasi dengan kondisi disana. Aku
bertemu teman-teman dari berbagai negara. Salah satunya berasal dari Turki yang
bernama Tuba. Dia sangat baik dan suka menolongku saat aku kesulitan menerjemahkan
kata-kata dalam bahasa Jerman. Dia juga terlihat masih muda, tetapi nyatanya
dia sudah menikah. Dan baru-baru ini dia memberi kabar, bahwa dia telah
melahirkan seorang bayi laki-laki.
Tiga bulan lamanya, aku telah beradaptasi dan
lebih mendalami bahasa jerman. Kemudian aku dihadapkan dengan serangkaian tes
sertifikat bahasa dan tes masuk student kolleg. Dengan tekad yang kuat serta
kesungguhan seperti ungkapan mutiara “Man Jadda Wa Jada” (siapa yang
bersungguh-sungguh, dia akan berhasil), juga semangat yang selalu umiku
berikan meskipun hanya via suara, aku berhasil melewatinya dengan mudah.
Hambatan-hambatan kecil yang datang, dapat aku tempuh dan aku hadapi dengan
baik. Tentu saja semua itu pasti karena doa-doa dari umiku dan keridhaannya melepasku
jauh untuk lebih banyak mendapatkan ilmu. Dan pada akhirnya, aku lulus tes masuk
student kolleg di Hochscule Anhalt yang terletak di Jerman Timur.
Jarak antara rumah omku dan
universitasku cukup jauh, sehingga aku harus ngekost dengan menyewa sebuah
apartemen sendiri. Kota yang akan aku tinggali selama aku student kolleg adalah
kota kecil yang tidak terlalu bising dengan hiruk pikuk kendaraan seperti di
kota-kota lainnya. Banyak yang menyebut kota ini adalah kota pelajar. Karena
banyak pelajar-pelajar asing dari seluruh penjuru dunia datang ke kota ini
untuk menyelesaikan student kolleg atau ada beberapa yang juga langsung
melanjutkan kuliah di kota ini. Köthen (Anhalt) inilah yang sering
disebut-sebut sebagai kota pelajar, sesuai dengan nama universitasnya.
Penduduk kota Köthen (Anhalt) juga ramah-ramah,
karena didominasi dengan kakek-kakek dan nenek-nenek yang memang ingin di masa
tuanya lebih tenang dan nyaman. Terkadang mereka akan merasa aneh saat
melihatku, sebab aku mengenakan kerudung dan pakaianku juga tertutup. Tetapi di
saat seperti itu, aku akan memberikan senyum terbaikku agar merekapun akan
lebih nyaman saat melihatku. Kerap kali di saat mereka sangat penasaran, mereka
akan bertanya darimana aku berasal. Ada beberapa dari mereka yang mengetahui
Indonesia, terlebih karena mereka pernah berkunjung ke Bali, namun ada juga
beberapa penduduk yang tidak mengetahui Indonesia. Mungkin karena mereka sudah
cukup tua dan merupakan penduduk asli kota ini, sehingga mereka tidak begitu tertarik untuk melihat keadaan luar yang lain.
Sampailah aku di hari pertamaku
masuk kelas. Lagi-lagi aku harus segera beradaptasi dengan lingkungan baruku.
Aku bersyukur karena di Universitas ini banyak pelajar yang berasal dari
Indonesia juga. Jadi tak begitu sulit untukku beradaptasi dibandingkan saat aku
kursus bahasa sebelumnya. Dosen-dosen pengajar di Hochschule Anhalt juga sangat
sabar dan pengertian mengajarkan kami. Mereka sangat memaklumi apabila kami
terbata-bata saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Tetapi satu
hal yang selalu mereka tekankan kepada kami pelajar-pelajar asing bahwa kami
harus selalu berkomunikasi dengan Bahasa Jerman. Sehingga kami akan terbiasa
dengan bahasa yang baru kami pelajari.
Di Köthen (Anhalt) banyak sekali acara-acara
yang diselenggarakan. Salah satunya yang aku ikuti adalah lomba lari maraton.
Aku dan kedua temanku, satu dari Indonesia juga (kanan dalam gambar) dan yang
satunya berasal dari negara Rusia (kiri dalam gambar), mewakili kampusku
sebagai kelompok pelari perempuan. Acaranya dimulai sekitar sore hari, kami
berkumpul terlebih dahulu di pusat kota, kemudian dibagikan baju seragam agar
terlihat kompak dan lebih rapi. Sebelum bertanding, tentunya kami menyempatkan
waktu untuk berfoto bersama. Dan kami berhasil mendapatkan peringakat pertama
untuk kategori kelompok pelari perempuan.
Tak terasa libur semester 1 telah tiba. Di
liburan kali ini, aku ingin mencoba hal baru. Aku mendaftar ke agen penyalur
kerja, agar liburanku jadi terasa bermanfaat dan bisa menambah uang jajanku. Setelah
terdaftar dan memenuhi syarat-syarat yang diajukan, aku mendapat panggilan
untuk bekerja di Primark, salah satu pusat perbelanjaan pakaian yang begitu
banyak diminati oleh kaum hawa ini. Pengalaman yang aku dapatkan begitu banyak saat aku bekerja. Kita harus datang tepat waktu, apabila kita terlambat beberapa menit, itu artinya kita harus pulang lebih dari jam kerja kita, untuk mengganti waktu kita yang terlambat tadi. Sistem tersebut membiasakanku untuk selalu tepat waktu. Selain itu kita harus benar-benar bertanggung jawab atas kontrak kerja yang telah kita tanda tangani. Saat kita tidak dapat hadir kerja, alasan yang kita buat harus dengan bukti yang akurat. Hal ini mengajarkanku untuk lebih bertanggung jawab terhadap apa yang telah aku putuskan dan apa yang akan aku kerjakan. Kebudayaan sehari-hari yang telah mendarah daging di negara maju ini, benar-benar mendisiplinkan setiap orang yang tinggal di negara ini.
Setelah
libur musim panas yang aku isi dengan bekerja dan silaturahim ke teman-teman
pelajar indonesia lainnya, waktunya untuk memulai semester 2. Di semester ini,
aku akan dihadapkan dengan ujian akhir untuk mendapatkan ijazah yang nantinya
nilaiku saat ujian akan digabung dengan nilai ujian nasionalku yang telah
diterjemahkan. Kemudian aku bisa mendaftar di beberapa universitas sesuai
keinginanku. Alhamdulillah, aku bisa menghadapi ujian dengan baik, atas
ketekunan dan usaha-usaha belajar bersama teman-temanku. Aku dinyatakan lulus
dan mendapatkan ijazah tanpa harus mengulang lagi. Karena yang ditakuti pelajar
disini adalah mengulang semester, yang bukan hanya beberapa bulan, tapi harus
setengah tahun lamanya.
Tak terasa aku telah bermukim hampir dua tahun di Jerman. Banyak sekali yang telah aku dapatkan yaitu pengalaman yang sangat berharga. Aku banyak mengalami perubahan, terutama kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Tidak lupa ketinggalan juga membuat pikiranku lebih terbuka luas. Sebisa mungkin, walaupun aku telah kembali ke tanah air tercinta, kebudayaan-kebudayaan sehari-hari disana yang positif dan tanpa sadar merubah diriku akan tetap dapat aku terapkan dalam keseharianku. Inilah pengalamanku yang aku dapatkan dua tahun lalu selepas aku SMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar