Selasa, 20 Oktober 2015

Aku dan Kebudayaan Baru

             Tepat di tanggal 9 November 2013, aku berangkat menuju Jerman untuk memulai studiku disana. Perjalanan dari Indonesia sampai ke Jerman memakan waktu yang cukup lama. Aku harus menghabiskan sekitar 18 jam hingga akhirnya aku sampai di Jerman. Dengan selamat, alhamdulillah aku sampai pada tanggal 10 November 2013. Aku tinggal bersama om, tante, dan sepupu-sepupuku. Setibanya dirumah omku, aku segera merapikan barang bawaanku. Om dan tanteku telah mempersiapkan satu kamar untuk kelak aku tempati selama aku tinggal disanaKeesokan harinya, aku mendaftar untuk kursus bahasa melanjutkan level B1 dari Indonesia. Aku mendaftar untuk persiapan mendapat sertifikat B2 yang nantinya bisa aku pakai untuk mendaftar Student Kolleg. Hari pertama aku masuk kursus bahasa jerman, terasa sangatlah asing. Terlebih lagi guru yang mengajar langsung berbahasa Jerman. Karena saat di Indonesia, guru yang mengajar masih menggunakan bahasa Indonesia. Tapi aku terus berusaha untuk bisa segera beradaptasi dengan kondisi disana. Aku bertemu teman-teman dari berbagai negara. Salah satunya berasal dari Turki yang bernama Tuba. Dia sangat baik dan suka menolongku saat aku kesulitan menerjemahkan kata-kata dalam bahasa Jerman. Dia juga terlihat masih muda, tetapi nyatanya dia sudah menikah. Dan baru-baru ini dia memberi kabar, bahwa dia telah melahirkan seorang bayi laki-laki. 
             Tiga bulan lamanya, aku telah beradaptasi dan lebih mendalami bahasa jerman. Kemudian aku dihadapkan dengan serangkaian tes sertifikat bahasa dan tes masuk student kolleg. Dengan tekad yang kuat serta kesungguhan seperti ungkapan mutiara “Man Jadda Wa Jada” (siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil), juga semangat yang selalu umiku berikan meskipun hanya via suara, aku berhasil melewatinya dengan mudah. Hambatan-hambatan kecil yang datang, dapat aku tempuh dan aku hadapi dengan baik. Tentu saja semua itu pasti karena doa-doa dari umiku dan keridhaannya melepasku jauh untuk lebih banyak mendapatkan ilmu. Dan pada akhirnya, aku lulus tes masuk student kolleg di Hochscule Anhalt yang terletak di Jerman Timur.
Jarak antara rumah omku dan universitasku cukup jauh, sehingga aku harus ngekost dengan menyewa sebuah apartemen sendiri. Kota yang akan aku tinggali selama aku student kolleg adalah kota kecil yang tidak terlalu bising dengan hiruk pikuk kendaraan seperti di kota-kota lainnya. Banyak yang menyebut kota ini adalah kota pelajar. Karena banyak pelajar-pelajar asing dari seluruh penjuru dunia datang ke kota ini untuk menyelesaikan student kolleg atau ada beberapa yang juga langsung melanjutkan kuliah di kota ini. Köthen (Anhalt) inilah yang sering disebut-sebut sebagai kota pelajar, sesuai dengan nama universitasnya.
            Penduduk kota Köthen (Anhalt) juga ramah-ramah, karena didominasi dengan kakek-kakek dan nenek-nenek yang memang ingin di masa tuanya lebih tenang dan nyaman. Terkadang mereka akan merasa aneh saat melihatku, sebab aku mengenakan kerudung dan pakaianku juga tertutup. Tetapi di saat seperti itu, aku akan memberikan senyum terbaikku agar merekapun akan lebih nyaman saat melihatku. Kerap kali di saat mereka sangat penasaran, mereka akan bertanya darimana aku berasal. Ada beberapa dari mereka yang mengetahui Indonesia, terlebih karena mereka pernah berkunjung ke Bali, namun ada juga beberapa penduduk yang tidak mengetahui Indonesia. Mungkin karena mereka sudah cukup tua dan merupakan penduduk asli kota ini, sehingga mereka tidak begitu tertarik untuk melihat keadaan luar yang lain.
Sampailah aku di hari pertamaku masuk kelas. Lagi-lagi aku harus segera beradaptasi dengan lingkungan baruku. Aku bersyukur karena di Universitas ini banyak pelajar yang berasal dari Indonesia juga. Jadi tak begitu sulit untukku beradaptasi dibandingkan saat aku kursus bahasa sebelumnya. Dosen-dosen pengajar di Hochschule Anhalt juga sangat sabar dan pengertian mengajarkan kami. Mereka sangat memaklumi apabila kami terbata-bata saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Tetapi satu hal yang selalu mereka tekankan kepada kami pelajar-pelajar asing bahwa kami harus selalu berkomunikasi dengan Bahasa Jerman. Sehingga kami akan terbiasa dengan bahasa yang baru kami pelajari.

Di Köthen (Anhalt) banyak sekali acara-acara yang diselenggarakan. Salah satunya yang aku ikuti adalah lomba lari maraton. Aku dan kedua temanku, satu dari Indonesia juga (kanan dalam gambar) dan yang satunya berasal dari negara Rusia (kiri dalam gambar), mewakili kampusku sebagai kelompok pelari perempuan. Acaranya dimulai sekitar sore hari, kami berkumpul terlebih dahulu di pusat kota, kemudian dibagikan baju seragam agar terlihat kompak dan lebih rapi. Sebelum bertanding, tentunya kami menyempatkan waktu untuk berfoto bersama. Dan kami berhasil mendapatkan peringakat pertama untuk kategori kelompok pelari perempuan.
Tak terasa libur semester 1 telah tiba. Di liburan kali ini, aku ingin mencoba hal baru. Aku mendaftar ke agen penyalur kerja, agar liburanku jadi terasa bermanfaat dan bisa menambah uang jajanku. Setelah terdaftar dan memenuhi syarat-syarat yang diajukan, aku mendapat panggilan untuk bekerja di Primark, salah satu pusat perbelanjaan pakaian yang begitu banyak diminati oleh kaum hawa ini. Pengalaman yang aku dapatkan begitu banyak saat aku bekerja. Kita harus datang tepat waktu, apabila kita terlambat beberapa menit, itu artinya kita harus pulang lebih dari jam kerja kita, untuk mengganti waktu kita yang terlambat tadi. Sistem tersebut membiasakanku untuk selalu tepat waktu. Selain itu kita harus benar-benar bertanggung jawab atas kontrak kerja yang telah kita tanda tangani. Saat kita tidak dapat hadir kerja, alasan yang kita buat harus dengan bukti yang akurat. Hal ini mengajarkanku untuk lebih bertanggung jawab terhadap apa yang telah aku putuskan dan apa yang akan aku kerjakan. Kebudayaan sehari-hari yang telah mendarah daging di negara maju ini, benar-benar mendisiplinkan setiap orang yang tinggal di negara ini.

Setelah libur musim panas yang aku isi dengan bekerja dan silaturahim ke teman-teman pelajar indonesia lainnya, waktunya untuk memulai semester 2. Di semester ini, aku akan dihadapkan dengan ujian akhir untuk mendapatkan ijazah yang nantinya nilaiku saat ujian akan digabung dengan nilai ujian nasionalku yang telah diterjemahkan. Kemudian aku bisa mendaftar di beberapa universitas sesuai keinginanku. Alhamdulillah, aku bisa menghadapi ujian dengan baik, atas ketekunan dan usaha-usaha belajar bersama teman-temanku. Aku dinyatakan lulus dan mendapatkan ijazah tanpa harus mengulang lagi. Karena yang ditakuti pelajar disini adalah mengulang semester, yang bukan hanya beberapa bulan, tapi harus setengah tahun lamanya.
Tak terasa aku telah bermukim hampir dua tahun di Jerman. Banyak sekali yang telah aku dapatkan yaitu pengalaman yang sangat berharga. Aku banyak mengalami perubahan, terutama kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Tidak lupa ketinggalan juga membuat pikiranku lebih terbuka luas. Sebisa mungkin, walaupun aku telah kembali ke tanah air tercinta, kebudayaan-kebudayaan sehari-hari disana yang positif dan tanpa sadar merubah diriku akan tetap dapat aku terapkan dalam keseharianku. Inilah pengalamanku yang aku dapatkan dua tahun lalu selepas aku SMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar