Dalam penulisan kali ini, aku akan memperkenalkan bapak filsafat pertama di dunia. Siapakah bapak filsafat tersebut? Nah, dari pertanyaan tadi, itu termasuk ke dalam filsafat. Karena filsafat itu artinya bertanya dan mari kita baca kisah berikut.
Riwayat Hidup
Riwayat Hidup
Thales lahir di kota Miletus yang merupakan tanah
perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Miletos
juga merupakan tempat lahir filsuf pertama lainnya selain Thales yaitu Anaximandors
dan Anaximenes. Miletos adalah kota terpenting dari kedua belas kota Ionia.
Ionia termasuk ke dalam daerah pertama di negeri Yunani yang mencapai kemajuan
besar, baik dalam bidang ekonomis maupun bidang kultural. Dengan demikian
Miletos menjadi kota pusat perdagangan dan titik pertemuan untuk banyak
kebudayaan. Berbagai informasi pun dapat ditukar antara orang-orang yang
berasal dari berbagai tempat dan wilayah. Penduduk Miletus suka melakukan
kontak dagang dengan kota-kota di Yunani dan warga Phoenisia. Situasi Miletus
yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan
berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan
berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir
di tempat ini.
Thales adalah seorang filsuf pertama yang baru diakui pada
abad ke-4 s.M. oleh Aristoteles. Disebut sebagai filsuf pertama yang pemikirannya menjadi awal dari perkembangan
ilmu pengetahuan. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama
kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah,
Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam
(natural philosophy). Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan
berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di
dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga
dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana.
Thales juga dikenal sebagai ahli geometri,
astronomi,
dan politik.
Pemikiran
dasarnya adalah mengenai “Air sebagai Prinsip Dasar
Segala Sesuatu”.
Ajaran-Ajaran Thales bagi Ilmu Pengetahuan
Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis
mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui
tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales termasuk
filsuf yang mencari arche.
Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar
(dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Itu merupakan kesimpulan setelah dia mengamati
dominasi peran air di alam dan kehidupan manusia. Air menjadi pangkal, pokok, dan
dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Argumentasi Thales
terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup
mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk
hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair,
dan gas) tanpa menjadi berkurang.
Selain itu dia
juga mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air
merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin dipengaruhi
oleh theologi kuno, di mana ar merupakan obyek komado di kalangan dewa-dewi.
Pandangan tentang Jiwa
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya
memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda
mati.. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa
karena mampu menggerakkan besi.
Almanak dan Ajaran Thales
Thales berhasil
menyusun sebuah almanak, yaitu memperkenalkan praktik menentukan arah bagi para
pelaut dengan berpedoman pada posisi bintang Beruang Kecil yang dikenal pada
bangsa Phoenicia. Ia juga
mengajarkan bahwa segala benda penuh dengan dewa-dewi, menurutnya magnit
mempunyai jiwa karena magnit dapat menggerakkan besi. Yang paling penting dari
ajaran Thales adalah bahwa ia melihat
benda-benda
mempunyai bentuk yang memiliki unsur dasar dan primer yang satu. Elemen primer
ini adalah air, karena bahan makanan semua makhluk memuat zat lembab dan demikian halnya
juga dengan benih pada semua makhluk hidup.
Pandangan Politik
Berdasarkan catatan Herodotus, Thales
pernah memberikan nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh
serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales
menyarankan orang-orang Ionia untuk
membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang
memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota
lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik dari keseluruhan sistem
pemerintahan Ionia. Dengan demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang
bersatu dan tersentralisasi.
Sumber : Buku Filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar